Pasang Panel Surya Mahal, Tapi tetap Untung, Kok Bisa?

Listrik dengan tenaga surya dinilai mampu menghemat ongkos tagihan listrik. Namun harga panel surya dinilai masih sangat mahal sehingga baru bisa dimiliki oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.

Di tengah isu global warming dan harga listrik yang terus naik, panel surya yang mampu menghasilkan listrik secara gratis seharusnya menghiasi atap rumah kita, tetapi di Indonesia penggunaannya bisa dibilang masih sangat langka. Meski penggunaannya berkembang, panel surya dengan segala kelebihannya belum mampu menggeser pembangkit listrik konvensional seperti batu bara.

 

Ada Harga, Ada Rupa

Ada beberapa hal yang menjadi alasan, salah satu yang paling penting adalah biaya. Panel surya memang menghasilkan listrik secara gratis, tetapi pemasangannya memerlukan biaya yang cukup mahal. 

"Pabrikan-pabrikan PLTS kita itu baru pabrikan panel surya. Itupun kapasitasnya kecil-kecil, paling besar 100 Mega Watt (MW). Apalagi bahan bakunya masih impor, akibatnya harganya cukup tinggi," ujar Direktur Jenderal EBT dan Konservasi Energi Kementerian ESDM F.X Sutijastoto dalam keterangan resmi , dikutip dari CNN Indonesia.

F.X Sutijastoto menjelaskan harga rata-rata panel surya di Indonesia adalah US$ 1 per Watt peak (Wp). Padahal di China hanya 20-30 sen per 1 Wp, dikutip dari Detik.

Komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan menggunakan teknologi fotovoltaik adalah sel surya. Saat ini terdapat banyak teknologi pembuatan sel surya. Sel surya konvensional yang sudah komersil saat ini menggunakan teknologi wafer silikon kristalin yang proses produksinya cukup kompleks dan mahal.

 

Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu  memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya. 

 

Potensi Besar, Tenaga Kurang

Menurut Kementerian ESDM, potensi energi tenaga surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi tenaga surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi tenaga surya di masa datang.

Pemerintah sudah memberikan ruang dalam Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 49 Tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PT PLN, ada nilai keekonomisan yang bisa didapat para pengguna. Beleid yang diterbitkan 15 November 2018 tersebut menyebutkan penghitungan nilai kilo watt per hour (kWh) ekspor-impor yang dikali 65% atau senilai 0,65. Artinya 1 watt listrik yang dihasilkan PLTS Atap akan langsung mengurangi harga listrik PLN maksimal 0,65 watt untuk bulan berikutnya. Sehingga pengguna hanya membayar sisanya ditambah dengan biaya penggunaan listrik dari PLN. Dengan demikian tagihan listrik akan lebih murah.

Dikutip dari Media Indonesia, saat ini bauran energi secara nasional masih didominasi batu bara (64%). Sedangkan energi terbarukan 7 hingga 8% dari total bauran energi nasional. Sementara pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 dan 31% pada 2050.

Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.

 

Masa Depan Cerah Energi Surya

Walaupun mahal, panel surya masih memiliki keunggulan, sehingga tidak heran bila banyak masyarakat Indonesia yang mulai memasang listrik tenaga surya. Keunggulan tersebut antara lain:

Cocok dengan Iklim Indonesia

Indonesia memiliki intensitas cahaya yang cukup dalam satu tahunnya. Sehingga penggunaan listrik tenaga surya atap, sangat cocok dilakukan di Indonesia. Hal ini karena listrik tenaga surya atap membutuhkan sinar matahari yang tergolong stabil setiap harinya.

Ramah Lingkungan

Penggunaan panel surya fotovoltaik sangatlah aman. Hal ini karena panel surya tidak menghasilkan karbon dioksida yang dapat menimbulkan efek rumah kaca. Sehingga penggunaan listrik tenaga surya atap tergolong aman, tidak mengandung bahan bakar fosil di dalamnya.

Pasang dimana Saja

Dapat dipasang di mana saja dan dapat dipindahkan sesuai dengan yang dibutuhkan. Bisa ditempatkan sesuai dengan kebutuhan kita, diatap, diatas permukaan tanah dimanapun kita mau.

Insentif Pemerintah

Masyarakat kini bisa menjual listrik ke PT PLN jika di rumahnya terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).  Program ini dilakukan untuk mendukung pengadaan energi listrik menggunakan tenaga surya. Syaratnya kapasitas panel surya tak boleh melebihi daya terpasang dari PLN. Contohnya, jika daya listrik PLN terpasang di rumah ‎sebesar 3000 watt, maka permohonan pemasangan panel surya tak bisa melebihi daya terpasang tersebut.

Penggunaan Panel Surya mencapai 20 Tahun Lebih

Keunggulan ini sangat menguntungkan para penggunanya. Bahkan selama 20 tahun tersebut, efisiensi dalam panel surya tersebut masih tetap bagus. Karena masa pakainya yang panjang, panel surya menggaransi penggunanya tagihan listrik murah.


Ada kekurangan dan keunggulan dalam penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di rumah. Untuk jangka panjang listrik tenaga surya atap sangat menguntungkan untuk digunakan di Indonesia. Masih ragu akan kehebatan energi terbarukan yang satu ini? Mengutip quote terkenal dari China: "The best time to plant a tree was 20 years ago. The second best time is now." Tidak perlu tunggu tagihan listrik turun, nikmati hematnya, pasang panel surya sekarang!